Selasa, 19 Januari 2016

PERBEDAAN, KEKURANGAN, DAN KELEBIHAN MESIN BIO ETHANOL DI INDONESIA



Mungkin Anda sudah mengenal mesin TR-Series lansiran Toyota. Ya, mesin ini digunakan Toyota Kijang Innova dan Fortuner di Indonesia. Mesin ini diproduksi oleh TMMIN di Sunter 1 Engine Plant yang berlokasi di kawasan Sunter, Jakarta Utara.

Pabrik tersebut memproduksi 3 jenis mesin TR yakni 1TR-FE, 2TR FE, dan 2TR-FBE. Mesin pertama dan kedua  digunakan Kijang Innova dan Fortuner. Sedangkan mesin ketiga yakni 2TR-FBE digunakan Hilux Double Cabin yang beredar di Brasil.

Kode FBE juga disebut FFV yang berarti Flexible Fuel Vehicle, artinya mesin ini bisa menggunakan bensin dengan berbagai tingkat kandungan ethanol. Baik menggunakan persentase bio ethanol 10%, 20% 50% bahkan 100%. Sehingga bisa menyesuaikan dengan ketersediaan bahan bakar nabati yang ada di negara tertentu.

Mesin berkapasitas 2.694 cc 4 silinder segaris tersebut khusus dikembangkan Toyota Motor Corporation di pabrik TMMIN yang memang sudah sejak dulu memproduksi Toyota Kijang bermesin K-Series yang merupakan cikal bakal mesin TR-Series.
Piston mesin bensin (kiri) dan mesin bio ethanol (kanan)Spesifikasi intake manifold 2TR-FBE yang memiliki fuel rail khusus
Dimulai sejak 2010, 23.000 unit mesin berbahan bakar bio ethanol sudah dikirimkan ke Argentina untuk kemudian dirakit bagi pasar domestik Brasil.

Yang unik dari mesin tersebut, mesin 2TR-FBE merupakan penyempurnaan dari 2TR-FE. Artinya secara keseluruhan, rancang bangun mobil tak jauh berbeda dengan mobil berbahan bakar bensin.

Dijelaskan Yui Hastoro, Direktur Teknik TMMIN, komponen yang membedakan dari mesin bensin hanya 20 komponen. “Prinsip pengolahan BBN sebenarnya sama saja dengan pengolahan BBM. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah jalur-jalur yang dilewati bio ethanol tersebut, dan perlu optimalisasi ruang bakar,” imbuh Yui.

Dipaparkan Yui, untuk menyesuaikan dengan bio ethanol yang bersifat kimia, seluruh komponen yang bersentuhan dengannya diberi coating khusus. Tujuannya agar komponen lebih kuat dan anti-korosi.
Konstruksi injektor pun dibuat berbeda demi menyuplai bio ethanolBusi khusus dipilih untuk mengoptimalkan pembakaran
Jadi secara tampilan mesin pengguna BBN ini tak terlalu berbeda dengan mesin 2TR-FE. Tapi jika dilihat per komponen seperti piston, busi, fuel rail, hingga intake manifold yang menjadi perangkat injeksi bahan bakar memiliki konstruksi yang berbeda.

Karena ada coating itu, tampilan komponen tadi memiliki kilau warna berbeda. Selain itu, komponen lain seperti intake manifold diberikan penyemprot bensin fosil agar suhu mesin dapat naik saat mesin pertama dinyalakan dari kondisi dingin. Makanya di ruang mesin disediakan reservoir untuk bensin fosil.

Untuk menyempurnakan pembakaran BBN perlu rasio kompresi mesin yang lebih tinggi yakni 12,0:1. Busi pun dipilih dengan kemampuan menyulut api lebih optimal.


Hilux Dupla Flex


Nama Hilux Flex mungkin asing bagi masyarakat Indonesia. Namun inilah nama Toyota Hilux bermesin 2TR-FBE yang diedarkan di Brasil. Flex merepresentasikan kemampuan mesin mobil ini untuk mengolah bahan bakar dengan berbagai tingkatan kandungan ethanol. Mulai dari 10% hingga 100%. Artinya ia dapat juga meminum bensin yang memiliki kandungan ethanol rendah sekalipun.

Pikap dengan kabin ganda bermesin 2TR-FBE ini dirakit secara lokal di Argentina dan dipasarkan di Brasil. Secara keseluruhan, tampilan bodinya tak jauh berbeda dengan Hilux yang diedarkan di Indonesia.

Tampilannya tetap beringas dan tangguh sebagai sebuah SUV. Jikapun ada perbedaan hanya karena aksesori yang melekat pada mobil yang diedarkan Toyota Brasil. Namun, Hilux Dupla (double cabin) di Brasil hadir dengan dua pilihan mesin, yakni 2.982 diesel D-4D Turbo dan 2.694 cc FBE berbahan bakar bio ethanol.

Output tenaga mesin FFV ketika diberi asupan bensin fosil mencapai 158 dk. Sedangkan jika menggunakan bio ethanol mampu mencapai 163 dk. Mobil ini tersedia dengan dua pilihan penggerak, baik itu 2WD maupun 4WD dengan transmisi manual maupun matik.


Keunggulan dan Kekurangan Mesin BBN

Tak bisa dipungkiri keunggulan utama dari mesin berbahan bakar bio ethanol adalah pada sifat ramah lingkungannya. Dengan sumber daya alam yang bisa diperbarui, tentu penggunaan bahan bakar ini tak akan mengurangi ketersediaannya di masa yang akan datang.

TMMIN pun menyebutkan, emisi yang dikeluarkan mesin bio ethanol ini lebih rendah ketimbang mesin bensin konvensional. "Emisinya lebih rendah sekitar 15% dari mesin bensin," papar Yui.

Tapi tak hanya emisi gas buang yang lebih baik, output tenaga yang mampu dihasilkan mesin berbahan bakar bio ethanol disebutkan Yui lebih tinggi 10%. Sayangnya keunggulan tersebut harus ditebus dengan konsumsi bahan bakar yang lebih tinggi 40%.
Tangki penyimpanan bio ethanol TMMIN yang memiliki kontruksi khususBio ethanol (kiri) dan Pertamax (kanan) yang digunakan TMMIN untuk menguji kualitas mesin 
Namun tak perlu khawatir, biasanya harga bahan bakar nabati seperti bio ethanol lebih murah ketimbang bahan bakar minyak. Lihat saja meski di Brasil harga Ethanol terbilang cukup tinggi karena tebu merupakan komoditi ekspor mereka, tapi harga bahan bakar ethanol tetap lebih rendah dibanding bensin.

Pada Maret 2015, Untuk 1 galon ethanol, harganya 2,499 real. Sedangkan harga bensin di kisaran 2,999 real. (1 real Brasil = Rp 4.075, sementara 1 galon jika dikonversi ke liter 3,7 liter). Artinya harga per liternya terpaut lebih dari Rp 600.

Tak hanya itu, mesin dengan bahan bakar nabati juga terbilang lebih merepotkan daripada mesin bensin. Karena sifat bahan bakarnya yang tetap mengandung air walau sedikit, maka potensi korosi lebih tinggi ketimbang mesin berbahan bakar bensin. Artinya, butuh perhatian lebih pada perawatan kendaraan ini.

Diungkapkan Oberlin, karena memiliki sifat mengikat air atau higroskopis, penyimpanan bio ethanol sangat mempengaruhi tingkat kemurniannya. Jika tidak disimpan dalam wadah yang tertutup rapat, kadar air dalam bio ethanol akan meningkat.

Sebagai bahan bakar alternatif, bio ethanol ternyata memiliki banyak kelebihan. Dari segi lingkungan, hasil pembakaran bio ethanol akan mengurangi tingkat karbon monoksida di udara. Karbon monoksida adalah zat yang sangat berbahaya untuk kesehatan.
Warih Andang Tjahjono, Vice President Director TMMINYul Hastoro, Direktur Teknis TMMINDR. Oberlin Sijabat, Ahli Peneliti Utama LEMIGAS
Sedangkan dari segi performa mesin, bio ethanol memiliki kadar oktan yang sangat tinggi, bisa mencapai nilai oktan 110-129 sehingga lebih tahan terhadap kompresi mesin tinggi.

Penggunaan bio ethanol murni sebagai bahan bakar, bukan tanpa kendala. Sifat higroskopisnya mengharuskan material anti-karat di beberapa sektor mesin dan jalur bahan bakar.

Namun di balik kerugiannya tersebut, bio-ethanol memiliki potensi besar untuk dikembangkan untuk skala massal, mengingat bahan bakunya yang bisa diperbarui dan diharapkan memiliki harga jual yang lebih rendah dibanding bahan bakar fosil.


Apa Itu Bio Ethanol?
123
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar