![]() |
Inilah dia, coupe kompak empat-pintu paling bertenaga racikan Affalterbach, Jerman. Mercedes-Benz CLA 45 AMG 4MATIC menjadi jawaban AMG dalam menghadirkan solusi bagi hampir semua kebutuhan pengemudi mobil di seluruh dunia; sedan tampan berpenampilan coupe, berukuran kompak, bertenaga buas, namun tetap efisien dan, diklaim Mercedes, menyandang status sebagai mobil produksi paling aerodinamis di dunia.
Predikat yang disebutkan terakhir, menjadi hal yang cukup mencengangkan, karena dengan nilai koefisien drag hanya 0,23, CLA-Class jauh lebih “licin” menembus angin dibandingkan Tesla Model S (0,24), Toyota Prius (0,25), hingga Nissan Leaf sekalipun (0,28). Bentuknya yang melandai ala coupe ditambah dengan desain khusus pada bagian kolong mobil membuatnya berhasil membawa status tersebut.
Untuk versi AMG-nya ini, tentu sektor aerodinamika jempolan tersebut akan membantu saat pengemudi memacu kencang mesin yang juga dinobatkan predikat superlatif lainnya, yaitu mesin 4-silinder versi produksi massal terkuat di dunia.
Sebelum berlanjut mengomentari mesinnya tersebut, Anda harus mengetahui fakta bahwa ketika kami menguji CLA 45 AMG ini, Mercedes-AMG baru saja menghadirkan model revisi dari versi hatchback A 45 AMG, yang mendapatkan peningkatan tenaga mesin sekaligus ubahan konfigurasi transmisinya. Kemungkinan besar perubahan tersebut akan berpindah pula kepada model CLA 45 dan GLA 45. Walhasil, mengendarai “versi lamanya” ini menjadi bukti bahwa perubahan di kedua sektor tersebut memang menjadi cukup krusial
![]() |
Mesin 4-silinder twin-scroll turbo 2,0 liter menghasilkan tenaga masif 360 hp dan torsi maksimum 450 Nm. Bahkan sebelum versi penyempurnaannya hadir, figur tenaga dan torsinya tersebut sudah jauh meninggalkan kedua rival terdekatnya, Audi S3 Saloon 2,0 L TFSI 4-Silinder (290 hp/380 Nm) dan BMW M235i Coupe dengan mesin berkapasitas lebih besar 3,0 L 6-Silinder turbo sekalipun (326 hp/450 Nm). Mesin ini menjadi esensi utama mengapa seseorang membeli CLA 45 AMG. Padatnya ruang mesin menjadi tanda betapa besar “otot” yang disembunyikan sedan berparas cantik dan seksi ini.
Sayangnya tenaga buas tersebut berkomunikasi harmonis dengan transmisi kopling ganda AMG Speedshift 7-Speed. Deru, dengusan, dan suara mesin berpadu indah dengan ledakan dan overrun-crackles dari Sport Exhaust ketika mode berkendara berpindah dari Controlled Efficiency (C) ke Sport. Hal itulah yang menjadi adiktif paling memuaskan ketika memacu produk kreasi Affalterbach. Namun rentang rasio gigi 2, 3, dan 4 terlalu panjang, sehingga walaupun sudah melaju begitu kencang, Anda akan merasa CLA 45 kurang terasa gesit dan bersemangat. Andai rasionya lebih rapat dan respon transmisi dari paddle-shift bisa lebih responsif, sensasi ledakan suara perpindahan gigi akan jauh lebih sering terdengar, dan berkendara akan menjadi lebih menantang adrenalin.
Berpindah kepada pengendalian, harus diakui sistem kemudi elektronik dan sistem penggerak 4MATIC non-permanen (lebih sering berada pada mode front-wheel drive demi efisiensi bahan bakar, dan baru mendistribusikan tenaga 50:50 ke roda depan dan belakang ketika sistem mendeteksi slip) kurang memicu kesenangan berkendara. Jangan salah terka, sistem ini masih membuat mobil berpindah laju secara tajam dan ketika 4MATIC bekerja, traksinya sangat jempolan. Kekurangannya, kemudi elektrik kurang terasa natural dan terasa terlalu ringan di semua keadaan, dan mode berkendara Sport sekalipun tak membantu banyak dalam menghadirkan rasa komunikatif terhadap kinerja roda depannya.
Yang mengherankan, seharusnya lapisan Alcantara di bagian genggaman lingkar kemudi AMG Performance memberikan grip terhadap genggaman tangan. Namun unit mobil yang kami gunakan, dengan odometer masih di bawah 500 km sekalipun, lapisannya sudah terkikis banyak, menjadikannya sedikit licin ketika digenggam.
![]() |
Ajak CLA 45 AMG sebagai mobil sehari-hari, dan Anda akan menyadari betapa hebatnya kapabilitas mobil ini. Tentu, CLA masih memiliki kekurangan terbesar pada interiornya yang meredupkan gairah karena terlihat begitu membosankan dan teknologinya infotainment-nya begitu tertinggal dibandingkan iDrive BMW. Bahkan kami tak melihat sekalipun trim serat karbon pada CLA 45 AMG, yang belakangan sangat erat kaitannya dengan mobil berperforma tinggi.
Beruntung, sebagai pengendara, instrumen meter-cluster khas AMG menjadi penyegar mata bagi para pecinta berkendara. Penempatan lever transmisi kembali di konsol tengah khas AMG juga menjadi ciri spesial semua produk keluaran Affalterbach (kecuali C 63 terbaru yang masih menempatkan transmisi di stalk kanan).
Pindahkan lever tersebut di posisi D, mobil ini melaju dengan santai dan cukup efisien dengan mode berkendara berpindah-pindah dari C, S, dan Manual sekalipun. Dalam rute kombinasi lebih dari 250 km, konsumsi BBM terbaiknya mampu mencapai 7,24 kpl. Bodinya yang kompak membuat manuver di jalanan kota menjadi mudah, dan kamera mundur pun sudah tersedia sebagai standar demi mempermudah manuver parkir. Bantingan suspensi belakang menjadi jauh lebih keras dibandingkan CLA-Class lainnya, namun pergerakannya menjadi lebih terprediksi dan membuat mobil terasa lebih rigid dan tegas.
Ditambah dengan kepraktisan hadirnya pintu belakang frameless yang keren serta ruang bagasi lapang, sebenarnya CLA 45 AMG bisa dengan mudah untuk disukai. Perbaiki sektor transmisi dan desain kabinnya, maka mobil ini akan menjadi jauh lebih berharga dibandingkan apapun yang ada.
Rentang harga
| Ex-showroom price: | Rp 1,149 miliar (OFR) |
Mesin
| Instalasi: | 4-silinder 2,0 liter twin-scroll turbo, bensin |
| Tenaga: | 360 hp @ 6.000 rpm |
| Torsi: | 450 Nm @ 2.250-5.000 rpm |
Transmisi
| Tipe: | AMG Speedshift DCT 7-Speed |
Chassis
| Ban: | Dunlop Sportmaxx 235/35 ZR19 |
Performa(kpj)
| 0-100: | 4,6 detik (klaim) |
Konsumsi bahan bakar
| Kota: | 7,24 kpl (kombinasi, pengujian) |
.jpg&w=300)
.jpg&w=300)
.jpg&w=300)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar